Sabtu, 03 November 2012

LDR

LDR

Gusti,25 tahun yang tinggal di Bandar Lampung, Indonesia, sementara Nissa pacarnya yang kuliah di Singapura....

Ketika malam minggu tiba,untuk mengobati rindunya Gusti pun menelpon Nissa

Gusti: Assalammualaikum Dek Nissa :D ...

Nissa: eh Mas Gusti, Wa'alaikumsalam :)...

Gusti: lagi apa Ni Kamu... aku kangen nih sama kamu...

Nissa: ahihi...Mas Gusti bisa aja...:*

Gusti: Dek, ibaratnya kamu itu matahari bagi ku...

Nissa: maksutnya gimana tu Mas...?

Gusti: walau jauh,tapi sinar mu menerangi cinta ku...

Nissa: aaaiiissshh...Mamas ni bisa aja...

Gusti: Dek,,andai saat ini kamu lagi senang,kirimi aku senyum mu untuk mengobati rindu ku...

Nissa: Mamas ni bisa aja deh...

Gusti: kalau saat ini kamu lagi sedih,kirimi aku tangis mu agar aku bisa ikut merasakan pedih mu...

Nissa: iiieehhhh...Mamaaass so sweet...

Gusti: kalau saat ini kamu lagi.............

Nissa: (mutus omongan Gusti)bentar Mas,,aku mau gantian ngomong...

Gusti: hehew...iya Dek....

Nissa: tadi Mas bilang kalau saat ini aku lagi senang, Mamas minta di kirimi senyum...kalau saat ini aku lagi sedih, mamas minta di kirimi tangis...ini aku lagi di WC Mas...mau minta di kirimi apa...?

Gusti: (ambil solar,panggang LUMIA)

Rabu, 31 Oktober 2012

Cinta & Waktu

Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, dsb. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu, dan air laut tiba-tiba naik, akan menenggelamkan pulau tersebut. Semua penghuni mulai cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Cinta mulai kebingungan, karena ia tidak dapat berenang dan tidak memiliki perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencoba mencari pertolongan. Sementara itu, air makin naik membasahi kaki cinta.
Tak lama kemudian, Cinta melihat Kekayaan sedang mendayung perahu. “Kekayaan, Kekayaan, tolong aku”, teriak Cinta. “Aduh maaf cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu, nanti perahuku tenggelam. Lagipula tidak ada lagi tempat bagimu di perahu ini”, kata Kekayaan. Lalu kekayaan kembali bergegas mendayung perahunya untuk pergi. Cinta merasa sedih sekali.

Namun kemudian Cinta melihat Kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan, tolong aku”, teriak Cinta. Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia dapat menemukan perahu, sehinga ia tidak mendengar teriakan Cinta. Air semakin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggangnya, sehingga Cinta semakin panik.
Tidak lama kemudian, lewatlah Kecantikan. “Kecantikan, bawalah aku bersamamu”, pinta Cinta. “Wah Cinta, lihatlah. Kamu basah dan kotor, aku tidak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini”, sahut Kecantikan. Cinta sedih sekali mendengarnya, ia mulai menangis terisak-isak.
Saat itu lewatlah Kesedihan, “Wahai Kesedihan, bawalah aku bersamamu”, Cinta meminta untuk ikut bersamanya. “Maaf Cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa, ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya.
Pada saat itu terdengar suara, “Cinta, mari cepat naik ke perahuku”. Cinta menoleh ke arah suara tersebut, dan melihat seorang tua dengan perahunya. Dengan cepat-cepat Cinta langsung menaiki perahu tersebut tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua tersebut menurunkan Cinta dan segera pergi. Pada saat itu barulah ia sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapakah orang tua yang telah memberi pertolongan sehingga dirinya selamat. Cinta segera menanyakan pada seorang penduduk di pulau tersebut, siapa sebenarnya orang tua tadi.
“Pak, siapakah orang tua tadi??”, tanya Cinta. “Oh, orang tua tadi?! Dia adalah sang waktu”, kata penduduk. “Tapi mengapa ia menyelamatkanku? Aku tidak mengenalnya, bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku”, Cinta heran.
Dan penduduk itu pun menjawab, “Hanya waktulah yang tahu, berapalah nilai yang sesungguhnya dari Cinta itu”.